Istilah “gemoy” kini ramai jadi perbincangan. Ramainya setelah Prabowo dikomentari gemoy saat deklarasi Capres dan Cawapres bersama Gibran. Dari sinilah kata gemoy pun jadi ramai diperbincangkan.
Meski begitu, kata gemoy sudah lama digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari maupun di jagat maya. Kata gemoy sering digunakan di medsos. Sebenarnya, gemoy merupakan bahasa plesetan dari kata “gemas”.
Kalau diperhatikan, dua huruf akhirnya yaitu “a” dan “s” diganti menjadi huruf “y”, biar terkesan imut. Pengucapan kata gemoy umumnya diikuti dengan nada bicara yang gregetan dan manja.
Gemoy atau gemas memiliki penjabaran arti yang sangat luas, bisa itu bentuk yang menggemaskan, wajah lucu, hal-hal yang membuat gemas, sesuatu yang imut, dan semacamnya. Dalam KBBI VI, gemas sendiri memiliki dua definisi yang cukup berbeda yaitu sangat jengkel (marah) dalam hati, dan sangat suka (cinta) bercampur jengkel; jengkel-jengkel cinta.
Meski begitu, arti gemoy dalam konteks bahasa gaul tidak mengindikasikan adanya rasa jengkel. Pasalnya, istilah gemoy di sini menggambarkan ungkapan gemas yang positif. Anak gaul zaman now biasanya menyebutnya dengan sebutan gemay, gemesh, gumush, atau ucuul.
Konteks penggunaan gemoy pun sangat beragam, kata ini bisa menyebut kucing gemoy, wanita gemas, mainan menggemaskan, dan sebagainya. Tapi umumnya sih kata gemoy ini banyak dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang lucu atau menggemaskan.
Bisa ditujukan untuk mainan, anak bayi, atau bahkan binatang imut. Kata gemoy ini banyak dipakai untuk memberikan komentar ke teman atau bahkan idola. Makanya banyak dipakai di berbagai media, seperti Instagram, TikTok atau aplikasi lainnya.
Saya berpikir, seru juga kalau kata gemoy saya terapkan di musik, artinya bisa “Goyang Gemoy”, “Joget Gemoy” atau lain sebagai, yang penting “Musiknya Gemoy”.
Salam No Music No Life!