Saat ini aplikasi TikTok sudah dicap merubah suatu kebiasaan (habit) dalam kehidupan manusia. TikTok ibarat bagian dari sendi kehidupan dalam segala hal. Termasuk saat ini TikTok menjadi peralatan komunikasi propaganda dunia politik.
Indonesia yang memasuki tahun politik 2024 dalam Pileg (Pemilihan Legislatif) dan Pilpres (Pemilihan Presiden) juga tak lepas dari peran TikTok. Kini, hampir setiap waktu di gadget masyarakat dengan mudah melihat atau memposting informasi politik.
Semuanya terkesan “riang gembira” dan mencair. Semua hal yang berat di bidang politik terasa ringan sejak adanya TikTok. Kombinasi musik dan gerakan joget adalah bagian dari ciri khas aplikasi digital paling populer di dunia ini.
Kenyataannya, dari usia 5 tahun hingga usia senja, sudah menjadikan TikTok sebagai salah satu pusat perhatian. TikTok itu identik dengan keseruan, seperti konten Capres Prabowo, yang populer saat ini dengan goyang “gemoy”-nya.
TikTok menjadi semacam ruang anti logika dimana orang berjoget pun dapat menjadi idola.
Ini yang saya maksud, TikTok merubah habit politik Indonesia yang selama ini identik dengan bidang yang serius bahkan bisa terjebak pada situasi yang mencekam.
Suka tidak suka, saat ini TikTok sudah mencairkan suasana bathin para politisi dan masyarakat. Kehadiran TikTok menjadikan masyarakat seakan benar-benar berpesta demokrasi yang selalu diselenggarakan setiap 5 tahun sekali ini.
Salam No Music No Life!