Meskipun kini banyak kegiatan yang bisa dilakukan secara hybrid, musisi Badai bersyukur karena konser offline tetap bisa dilakukan.
Sebab, menurutnya, getaran atau interaksi dari penonton dapat dirasakan dengan melakukan pertunjukan secara langsung dan bertemu dengan fans.
Menurut pencipta lagu “Tak Lekang Oleh Waktu” itu, ia sempat berpikir untuk melaksanakan konser secara hybrid. Tapi pada akhirnya Badai lebih memilih yang normal-normal saja.
“Kalau dilaksanakan secara hybrid atau streaming ya bisa-bisa saja karena kemajuan teknologi,” ungkapnya, baru-baru ini di Menteng, Jakarta Pusat.
Bahkan menurutnya, sekarang sudah ada metaverse, pasar NFT. Mungkin musik juga akan manggung di pasar metaverse.
“Tapi musik itu kan bicara vibrasi.Vibrasi itu akan bisa dirasakan kalau bersentuhan langsung dengan fans,” ujarnya.
Ia sendiri bisa merasakan histeria penonton dengan memberikan kualitas sound yang mumpuni, serta proses cek sound dan interaksi komunikasi dengan audiens. Sebagai musisi yang pernah hidup di jaman analog, Badai lebih memilih untuk tampil secara langsung dengan penggemar.
Oleh sebab itu ia berharap, kendati teknologi semakin maju, namun pagelaran konser konvensional pun harus tetap ada.
“Mungkin bisa dikombinasi saja teknologinya seperti apa. Tapi jangan sampai menghilangkan yang on stage-nya langung,” pungkasnya.
Istilah ‘analog’ yang biasa digunakan di dunia live sound atau pro audio, mengacu pada pengertian gelombang suara (sound wave) itu sendiri, yang penyebarannya dilakukan melalui listrik yang dihantarkan melalui kabel audio sebagai mediumnya. [KimSadewa]
Mau tau berita lainnya, klik di sini