Judul di atas terinspirasi dari peribahasa “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.” Maknanya intrinsik berisi pesan tersirat, nasihat, ataupun prinsip hidup yang diyakini masyarakat Indonesia umumnya.
Tentu saja para musisi pencipta lagu dalam berkarya di industri musik pun sudah memahami hal tersebut. Sudah menjadi absolut, lagu yang enak didengar pasti dengan sendirinya akan cepat nempel di telinga dan di hati. Lambat laun secara akumulasi lagu itu akan digemari masyarakat.
Oleh karenanya, dalam menciptakan musik yang enak didengar, musisi pencipta lagu harus punya daya upaya ekstra guna mencari inspirasi. Merka harus pandai-pandai mengawinkan musik dan lirik sehingga “matching”.
Di Indonesia, para hits maker sekuat-kuatnya hanya mampu membuat maksimal tiga lagu yang booming dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya karena faktor keberuntungan.
Disisi lain, secara realitas pengamatan, saat ini banyak pilihan media yang menjadi kiblat masyarakat sejak kemajuan era digital dan teknologi. Tidak seperti di era 90 an hingga 2000 an, sebuah lagu dijamin booming apabila mengepung stasiun radio dan stasiun TV nasional..
Dulu masyarakat bisa dikepung oleh radio dan TV serta media massa. Namun kini sejak masyarakat bisa “menggenggam dunia” lewat gadget, sirnalah kepung mengepung tersebut.
Kembali pada lagu yang enak didengar, ini sudah menjadi tanggung jawab musisi pencipta lagu sampai kapan pun. Karena dengan lagu yang enak didengar, maka masyarakat akan menikmatinya.
RK