Kenangan Pimpinan Ponpes La Tansa Dari Apoy & Faank Saat Nyatri

Jakarta, Para personil band Wali; Apoy (gitar), Faank (vokal), Ovie (keyboard) dan Tomi (drum) diketahui memiliki latar belakang agama yang kental. Mereka bahkan tumbuh di lingkungan pesantren dan sekolah agama.

Sebagai jebolan Pondok Pesntren La Tansa, Lebak, Banten, sosok serta keseharian Apoy dan Faank masih tertanam dalam ingatan guru sekaligus pimpinan pondok pesantren tersebut, KH. Adrian Mafatihullah Kariem, MA.




Di mata Pak Kyai, dua santrinya yang bernama lengkap Aan Kurnia (Apoy) dan Farhan Zainal Mutaqin (Fank) sudah memiliki bakat dan kepandaian lebih sejak masuk menjadi santri di La Tansa.

“Saya senang tiasa melihat bakat para santri termasuk Apoy dan Faank. Secara akademis mereka berdua cerdas. Faank berbakat di tulisan indah bahasa Arab, dia juga qori yang bagus. Apoy juga sudah terlihat pandai bermusik. Saya belum kenal nama Apoy karena waktu itu namanya Aan Kurnia. Dia sempat saya suruh membuat lagu untuk hymne Pondok Pesantren La Tansa. Alhamdulilah dia bisa membuatnya,” ungkap KH.Adrian Mafatihullah Kariem.MA Pimpinan Pondok Pesantren La Tansa kepada NAGASWARA News, Rabu (02/9/2021).

Dalam kesempatan tersebut Pak Kyai juga menceritakan kreatifitas Apoy dan Faank dalam bermusik sangat besar. Bahkan, Apoy dan Faank kerap membuat pentas di pesantren untuk menghibur adik-adik kelas mereka.

“Apoy dan Faank juga anak-anak santri yang lain sangat kreatif. Bahkan mereka bergotong-royong membuat panggung dari kotak teh botol untuk membuat sebuah pentas seni. Alat-alat musiknya kita dulu sewa,” lanjut Pak Kyai.

Selain itu, Pak Kyai juga menyebut Apoy sudah memiliki bakat memimpin. Waktu menjadi santri, Apoy menjadi kepala keamanan santri di pondok pesantren. Sementara Faank menjadi kepala bahasa, ia bertugas mengawasi para santri dalam hal bahasa. Di lingkungan pesantren, pada hari-hari tertentu, santri diwajibkan berbahasa Arab dan Inggris.

“Saya sempat khawatir namanya orang tua dan guru. Kita khawatir mareka bisa melenceng. Namun rasa khawatir itu sirna karena mereka bisa membawa diri. Bisa tahu diri, bisa menempa diri dan bisa menempatkan diri,” ujar Pak Kyai mengkhawatirkan dua santri kesayangannya Apoy dan Faank saat pertama manjadi anak band.

Awal Apoy dan Faank menjadi anak band, Pak Kyai tidak tahu. Ia mendengar lagu Wali dari anak santrinya. Karena waktu Wali band muncul, nama yang disebut-sebut adalah Apoy. Padahal Pak Kyai tidak mengenal nama Apoy. Ketika tampil di TV, akhirnya ia tahu kalau Apoy itu santrinya yang bernama Aan Kurnia.

“Waktu pertama dengar lagu Wali saya mendengar lagu ‘Dik’. Kaget juga nama Aan Kurnia bisa jadi Apoy dan Farhan Zainal Mutaqin jadi Faank,” lanjut Pak Kyai.

Pak Kyai sendiri membebaskan santrinya dalam mengekspresikan kreatifitas dan bakat yang mereka miliki. Namun, syaratnya ilmu dan kedisiplinan yang didapatkan di Pondok Pesantren La Tansa jangan sampai ditinggalkan.

“Moto pondok berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas. Jadilah perekat dan jangan jadi peretak. Semua semboyan kebaikan kita jadikan bekal buat santri-santri di sini. Untuk sukses itu by proses, no protes. Untuk Apoy dan Faank jadilah ikan yang hidup, jangan jadi ikan yang mati. Ikan hidup itu bermanfaat dan bisa jadi keindahan,” nasihat Pak Kayi. Tim NMC

Mau tau berita lainnya, baca disini




Share Yah

Comments

comments