Setiap membahas agenda promosi saat ini, selalu bermuara ke digital, termasuk promosi konten musik (lagu atau single). Semua promosi apa pun tak lepas dari digital, dimana sekarang semuamya serba berpacu dalam kesuksesan berkonsep promosi melalui digital.
Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi semua pemilik produk. Mengapa? Kemunculan teknologi telah menjadi katalisator utama dalam transformasi ini. Akses mudah ke internet, perangkat mobile yang canggih, dan aplikasi streaming adalah kunci yang membuka semua.
Lewat internet dan lain-lain di atas, telah memungkinkan generasi penikmat musik saat ini untuk memiliki ribuan lagu dalam genggaman mereka, menggantikan kebutuhan akan koleksi fisik yang besar.
Revolusi digital di bidang musik bukan hanya soal cara mendengarkan musik. Namun generasi digital telah menjadi arsitek utama dalam transformasi budaya, terutama melalui platform media sosial yang berbasis digital.
Aplikasi TikTok yang saat ini tengah populer, sebagai contoh, telah menjadi tempat yang tak tergantikan bagi mereka untuk membuat konten kreatif yang berkaitan dengan musik.
Pengaruhnya juga terlihat dalam bentuk musik yang mereka sukai. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap berbagai genre, tak terpaku pada satu jenis musik saja. Keberagaman dan keaslian dihargai lebih dari sebelumnya, membuka pintu bagi genre dan artis baru untuk mendapatkan pengakuan.
Tak hanya itu, kolaborasi lintas genre atau antar-artis dari belahan dunia berbeda telah menjadi tren populer. Dalam menggabungkan elemen-elemen unik dari berbagai budaya, Gen Z telah menciptakan suara musik yang lebih global, menarik minat pendengar dari latar belakang yang berbeda.
Pada akhirnya semuanya dikembalikan pada diri kita bagaimana mengendalikan digital tersebut dalam mengemas sebuah produk musik. Karena itu kita harus super kreatif dalam “mengecoh” publik agar berpaling ke produk yang kita promosikan.
Salam No Music No Life!