Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar di kehidupan manusia, terutama dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM). Berkat teknologi AI pekerjaan manusia mampu diselesaikan secara efisien.
Saat ini, AI menjadi sorotan dan perbincangan dimana-mana, termasuk dalam makalah penelitian. Akhirnya muncul pertanyaan di benak kita, kira-kira siapa paling hebat antara manusia dan AI, jika keduanya bertanding?
Tentu saja, keduanya tidak bisa dipertandingkan, karena AI itu adalah ciptaan manusia. Telah diketahui bersama, bahwa teknologi AI itu hanya mempermudah dalam efisiensi waktu dan tenaga.
Dalam dunia musik, penggunaan AI hanya sebagai acuan dan sample (contoh) saja. Jadi manusia tak perlu kwatir akan tersaingi. Kita harus percaya bahwa AI tidak dapat menggantikan otak manusia dalam berpikir kritis dan kreatif.
Selain itu, teknologi kecerdasan buatan ini akan menjadi pisau bermata dua. Artinya akan memberikan manfaat sekaligus menyajikan ancaman bagi kehidupan manusia. AI berperan penting menciptakan generasi pemalas.
Di balik kemudahan dan perkembangan yang begitu pesat, AI dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Ilmuwan yang dijuluki mentor besar AI atau “The Godfather of AI” yang bernama Geoffrey Hinton mengaku menyesal dan takut terhadap konsekuensi kecerdasan buatan yang dia kembangkan.
Algoritma AI tidak dapat melakukan analisis kritis yang independen karena terbatas pada data yang tersedia. Manusia yang hanya mengandalkan AI akan kehilangan kesempatan mengembangkan intelektualitas dan keterampilan penting yang bermanfaat dalam konteks akademis dan profesional.